[Aqidah] 11 Pintu Masuk Syetan Jilid II - Bagian 4/6


  1. Sikap terburu-buru sikap tergesa-gesa.

    Dalam teorinya amal itu dilakukan setelah kita memahami, memahami itu butuh perenungan, dan perenungan itu butuh waktu. Ketika kita mau sholat maka kita harus faham terlebih dahulu, untuk faham maka kita harus belajar, dan proses belajar itu butuh waktu. Sikap tergesa-gesa itu datang dari diri kita sendiri, ketika sholat terburu-buru mengerjakannya lalu menjadi lupa, lupa ayat lupa rakaat, disaat itulah masuk syetan. Karena itulah sikap terburu-buru itu membuka pintu syetan, sikap terburu-buru menghalangi kematangan berfikir. Karena itu didalam sholat dalam rukunnya disebutkan gerakannya harus disertai tuma’ninah (tenang), ruku’ dengan tuma’ninah, i’tidal dengan tuma’ninah, sujud dengan tuma’ninah.

    Apapun namanya, didalam tubuh kita ini butuh waktu dan salah satu yang butuh waktu adalah proses berfikir otak, karena itu ada ungkapan yang mengatakan fikirkan terlebih dahulu apa yang akan kamu katakan, jangan terburu-buru mengatakan baru setelah itu berfikir. Ketika kita terburu-buru maka otak tak berfikir, lalu kita akan jatuh dalam kesalahan dan disaat itu syetan akan masuk, kesempatan bagi syetan memasukkan kejahatan tanpa kita disadari ketika kita terburu-buru.


  1. Harta Kekayaan.

    Ada harta kekayaan yang menyebabkan seseorang mendekatkan diri kepada Allah yaitu orang yang dengan harta kekayaannya dia mampu membangun sebuah rumah didalam syurga dengan cara membangun masjid, ada harta kekayaan yang menyebabkan seseorang tetap mangalir amal kebaikannya hingga kedalam liang kuburnya yaitu sadaqah jariyah. Tetapi ada harta kekayaan yang menjadikan seseorang jauh dari Allah, lalai dari perintah Allah. Setiap yang melebihi takaran, maka itu adalah tempat bersemayamnya syetan.


    Ada seseorang yang mendapatkan uang 100 dinar, sebelum mendapatkan uang itu tidak ada keinginan yang lebih dalam hidupnya karena semua sudah dirasakan cukup, namun ketika dapat 100 dinar tersebut keinginan itu satu persatu mulai datang, ingin membeli ini ingin membeli itu hingga pada akhirnya uang 100 dinar itupun kemudian dirasa kurang, padahal mungkin pada saat sebelum memiliki 100 dinar tersebut, dia berfikir bahwa jika ada 100 dinar maka cukuplah sudah, namun ketika telah dapat 100 dinar maka keinginan mulai bermunculan dan 100 dinar itu akhirnya dirasa kurang, ingin lebih ingin lebih dan ingin lebih lagi.


    Setiap bertambah pendapatan maka akan bertambah pula keinginan, setiap sesuatu akan mengundang sesuatu yang lain, terus dan terus sehingga larut dalam harta dan terjerumus dalam perangkap syetan yang membungakan mata kita dengan indahnya harta.

    Namun bukan berarti kita tidak boleh kaya tidak boleh punya harta, umat islam dituntut untuk kaya karena sebagian ibadah itu hanya bisa dilaksanakan kalau kita kaya, untuk melaksanakan ibadah haji butuh biaya perjalanan, meski senyum itu sedekah namun senyuman tidak mampu mengenyangkan perut fakir miskin dan anak yatim, untuk itu dibutuhkan sedekah harta, orang miskin hanya bisa berangkat haji, namun orang kaya bisa berangkat haji dan memberangkatkan orang lain haji, orang miskin bisa bersedekah ke masjid namun orang kaya bisa bersedekah membangun sebuah masjid. Harta harus menuntun kita kepada Allah, bukan harta yang dihiasi syetan agar kita lalai dari Allah.


                                         Selanjutnya>> [Aqidah] 11 Pintu Masuk Syetan Jilid II - Bagian 5/6

0 komentar " [Aqidah] 11 Pintu Masuk Syetan Jilid II - Bagian 4/6 ", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment

Silahkan berikan komentarnya