[Renungan] Hidup Hasil Sogokan Vs Hidup Pas-Pasan


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

insyaallah kesempatan kali ini kita akan coba bercerita tentang sogokan atau bahasa romantisnya uang pelicin atau sumbangan dalam mencari kerja.
saya yakin pada dasarnya setiap manusia tahu akan hal ini, tentang larangan sogok-menyogok, suap-menyuap, dan yang mengaku beragama islam tentu mengetahui pasti akan hal ini. seperti halnya manusia pada umumnya, saya juga mengetahui ini sejak lama, mungkin sedari masih SLTP telah mengetahui larangan itu. tapi saat itu hanya sekedar tahu, ya benar sekedar tahu kalau itu dilarang, mengenai mengapa itu dilarang saya tidak mau tau. beranjak semakin bertambah umur sekitar usia SMK, mengetahui kalau praktek sogok-menyogok a.k.a suap-menyuap a.k.a uang pelicin itu masih sodaraan ama KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) ya mereka masih sodaraan, sogok menyogok itu memiliki hubungan keluarga dengan Nepotisme, memanfaatkan keluarga, kenalan, atau yang bisa memberikan "mereka" uang untuk memuluskan urusan. diumur itu rasa tidak suka makin bertambah, makin tidak suka dengan KKN, membenci orang-orang yang melakukan praktek KKN. 

Hingga sampai malam peringatan Tahun Baru Hijriah 1434 yang lalu tiba, disana saya mendapatkan satu ilmu baru yang masya Allah, tak saya duga penafsirannya bisa sampai kesana. saya tidak pernah menafsirkan sampai kalau ternyata orang yang melakukan praktek uang pelicin itu ternyata sama dengan PERAMPOK, ya saya tegaskan lagi "mereka" itu tak ubahnya perampok. mungkin peristiwa yang marak beberapa tahun terakhir ini mungkin sekitar 10 tahun belakangan atau mungkin bahkan lebih, paradigma yang muncul dimasyarakat adalah kerja jadi PNS itu uangnya banyak, kerja jadi polisi itu masa tuanya dapat pensiunan, apakah paradigma seperti itu salah? paradigma itu tidak salah jika proses yang terjadi sebelum mendapatkan posisi sebagai pegawai negara itu bersih tapi kalau prosesnya cacat maka paradigma seperti itu menjadi salah. maksudnya bagaimana sih? tak bisa ditutupi lagi, sudah menjadi obrolan umum kalau proses menjadi PNS atau Polisi dkk nya itu sering diwarnai dengan uang sogokan agar bisa diterima bekerja, saya yakin sahabat semua juga pernah mendengar itu. harus bayar 60 juta kalau mau lolos jadi PNS, harus bayar 100 juta kalau mau mulus diterima jadi polisi, atau mungkin "uang pelicin" nya bisa mencapai nominal yang lebih besar. apakah tanpa membayar "uang pelicin" tidak bisa jadi PNS? tidak bisa jadi Polisi? tentu saja bisa, banyak PNS yang jujur, banyak Polisi yang benar-benar Tested dan layak menjadi polisi. Praktik "uang pelicin" ini semacam jalan pintas untuk orang-orang yang tidak mau bersaing secara jujur, orang-orang yang memang sangat yakin kalau dirinya tidak layak untuk diuji sehingga harus menghalalkan cara sikut kiri sikut kanan.

lantas mengapa "mereka" yang melakukan praktek "uang pelicin" disebut PERAMPOK? bukankah uang gaji mereka halal? dibayar oleh negara? benar, uang yang mereka terima halal, karena uang itu bentuk upah dari pekerjaan mereka yang jadi PNS atau Polisi atau yang serupa. Namun proses menjelang mendapatkan posisi kerjaan itu yang menyebabkan "mereka" disebut PERAMPOK, proses mendapatkan pekerjaan itu yang menjadikan uang yang mereka terima itu HARAM. kok bawa-bawa "haram" segala, memangnya ada dalilnya? saya berharap yang menanyakan dalil i‎ni bukan dari kalangan muslim, tapi kalau memang dari kalangan islam juga mungkin karena memang belum pernah mendengarnya, coba baca alquran (surat apa ayat berapa? baca saja seluruh isi alquran itu berserta maknanya, selain akan ditemukan surat apa ayat berapanya, juga akan dapat lebih banyak pahala :) juga banyak peraturan lainnya yang bakalan ditemukan) yang mafhumnya "Allah melaknat orang yang menyuap dan menerima suap" AllahuAkbar, kalau Allah sudah melaknat suatu perbuatan itu, apa mungkin perbuatan itu mendapatkan ridho-Nya? jika laknat Allah menyertai proses mencari uang, apa uang itu masih dianggap halal?

mengapa "mereka" disebut perampok? karena mereka merebut hak orang lain. bukankah jika "si penyuap" tidak melakukan praktik "uang pelicin", seharusnya ada seseorang yang memang pantas untuk mendapatkan suatu jabatan itu? namun karena praktik "uang pelicin" ini, maka orang yang seharusnya mendapatkan posisi pekerjaan tersebut dicampakkan dari list calon pegawai dan posisinya digantikan oleh orang yang menggunakan "uang pelicin". bukankah itu sama saja sudah merampas jabatan dari orang yang seharusnya memang benar-benar layak mendapatkan pekerjaan itu? lalu jika dari awal "dia" sudah menjadi perampok pekerjaan, bukankah sampai akhir karirnya ia juga tetap seorang perampok? sebagai seorang perampok, gaji pertama hingga uang pensiun haram semuanya. uang itu yang kemudian diberikan sebagai nafkah untuk anak istri, jika nafkah keluarga diberi dari hasil yang haram, lalu menjadi darah dan daging bagi keluarga kita, maka hanya api neraka yang pantas membersihkannya. 

sudahlah, jika masih ingin menjadi PNS, menjadi Polisi, menjadi pegawai BUMN, jadilah pegawai yang jujur, jujur sejak proses mendapatkan pekerjaan itu, jangan karena egoisnya kita untuk mendapatkan pekerjaan, kita malah harus menyikut orang lain. Rezeki itu Allah yang atur, tanpa harus korupsi, tanpa harus "menyogok" insyaAllah tetap hidup kok, jika tidak lulus PNS, tidak lulus Polisi, tidak lulus pegawai BUMN, sudahlah cukup tanamkan dalam hati itu tandanya bukan rezeki kita disana, tidak perlulah "sogok-menyogok" tidak perlulah pakai "uang pelicin" cari kerja ditempat lain, atau buka usaha sendiri, berdagang, yang penting apa yang kita hasilkan itu halal. lalu apakah begitu tidak lulus PNS langsung banting stir jualan rokok? ya tidak begitu juga, jika masih ingin berusaha mencoba tes lagi ditempat kerja yang sama, ya silahkan, atau jika ingin mencoba melamar pekerjaan ditempat lain, silahkan, yang penting itu proses kita mendapatkan kerja harus jujur, insyaAllah ridho Allah bisa kita dapatkan, yang penting usaha terus mencari pekerjaan yang halal.

NB: kalau ada teman, abang, kakak, adik, saudara yang menerapkan praktik "uang pelicin" dalam mendapatkan pekerjaan, bilangin supaya berhenti aja cari kerja yang lain, hehe.. ya kan kasian anak keturunannya nanti harus hidup dari harta yang haram..

biarlah kita hidup pas-pasan asalkan halal, asalkan ridho Allah ada bersama kita, daripada hidup kaya raya tapi "ISTIDRAJ" Allah menunggu, hayo pilih yang mana?
tapi kita juga harus tetap berusaha untuk menjadi kaya, karena dengan menjadi kaya kita tidak lagi sekedar sedekah senyum, tapi kita juga bisa sedekah harta untuk berbagi dengan saudara-saudara kita yang masih hidup prihatin.

lantas sekarang mau pilih yang mana
1. hidup kaya raya hasil sogokan
2. hidup prihatin hasil jujur
atau
3. hidup kaya raya hasil kejujuran :)

hayo mau yang mana? :D


cukup sekian dulu bincang-bincang kita kali ini, jika ada redaksional yang khilaf mohon dikoreksi, karena saya juga manusia biasa yang tidak luput dari berbuat khilaf.
mari bersama kita bangun kembali negeri ini dengan kebaikan, kita mulai dengan memperbaiki diri sendiri, rangkul rekan, rangkul kerabat, kita gandeng generasi muda untuk lebih hidup jujur, mudah-mudahan ketika yang sekarang masih muda hidup jujur, dan kedepannya jika menjadi pemimpin negeri ini, insyaallah bisa menjadi pemimpin negeri yang jujur, dan insyaallah negeri ini akan bisa menjadi lebih baik.

maafkan saya jika ada salah, doakan saya supaya bisa belajar menjadi lebih baik, doakan saya untuk bisa istiqomah hidup dalam ajaran dan aturan islam, doakan saya untuk menjadi pribadi yang setiap hari menjadi semakin baik, doakan saya untuk tetap bisa berbagi ilmu dengan sahabat blogger semua..




-------------------
Pojok Redaksi



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

0 komentar " [Renungan] Hidup Hasil Sogokan Vs Hidup Pas-Pasan ", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment

Silahkan berikan komentarnya